Selasa, 22 Maret 2016

Kamu Manis Saat Tidur

 Ada yang beda dari dia. Dia sangat manis saat tidur, begitu tenang dan menyenangkan hati meskipun dia tak memiliki tubuh yang seksi seperti wanita kebanyakan dan ukuran tubuh yang tak begitu proporsional. Tapi entah kenapa, Aku sangat menyukainya dan begitu mengaguminya. Ketika Dia bangun, itulah saat dimana aku harus sembunyi dan menutup telinga karena mulutnya yang super comel tak bisa berhenti kalau sudah ngomong. Selain mulut yang comel alias ember, kejahilannya sungguh membuat hati merintih. Seandainya Dia diibaratkan seekor sapi pada musim kawin, dialah sapi yang paling menakutkan untuk ditangkap dan dijinakkan karena saking liarnya. Tapi Aku suka Dia karena ketika berulah, Dia sangat manis seperti bayi yang ingin meminta sesuatu tapi tak digubris oleh orang tuanya. Itulah Ririn yang aku kenal. Ketika Dia tidur, Aku terkadang berkata dalam hati “kamu manis kalau tidur tapi ngeselin kalau bangun. Mending kamu tidur selamanya aja deh biar aku bisa lihat terus wajahmu yang manis itu.
 Melihat wanita yang kita sukai memang terkadang membuat kita merasa senang, apalagi melihat sang pujaan hati yang sedang melakukan sesuatu yang membuatnya kelihatan mempesona adalah hal yang sering kita lakukan dan tak bisa kita memungkirinya.
 Memang sih, Aku jarang melihat Dia tidur tapi sekali Aku melihatnya tidur, tak pernah kulewatkan untuk sekedar melihatnya saja, tapi Aku benar-benar memperhatikan Dia dan mengagumi ciptaan Tuhan yang manis itu. Selanjutnya, Aku simpan wajahnya yang manis itu dalam hatiku dalam-dalam, agar Aku tak pernah lupa betapa cantikannya dan manisnya Dia. Tidak tahu kenapa, Aku sangat suka Dia yang terbuai lemas di atas tempat tidurnya (bukan berarti di dalam kamarnya). Aku memang dari dulu suka melihat orang yang Aku sayangi dalam keadaan tidur. Menurutku, ketika tidur itulah semua manusia menampakkan jati dirinya. Begitu anggun, mempesona, polos bahkan menyedihkan. Dari melihat itu, timbul suatu rasa sayang yang sangat amat terhadapnya dan Aku selalu seperti itu kepadanya bahkan selalu bertambah rasa sayang itu. Semakin lama, rasa itu begitu besar sehingga Aku terkadang risih dengan perasaan itu. Aku sangat khawatir ketika Dia tahu Aku sangat menyukainya tetapi Dia tak begitu menyukaiku akan membuatnya jauh dariku. Sungguh kekhawatiran yang masuk akal menurutku dan kekhawatiran itu selalu muncul ketika Aku ingin membangun perasaan sayang itu padanya. Terkadang, terbesit di kepalaku untuk segera mengakhiri perasaan itu agar kami selalu dekat meski hanya sebagai teman biasa. Tapi, perasaan itu muncul terus-menerus ketika Aku melihatnya saat di dekatnya dan bahkan ketika Dia tidurpun perasaan ini muncul tiba-tiba. Sangat jengkel tapi apa daya, hati tak bisa membohongi kita untuk merasakan perasaan yang terkadang itu mustahil untuk kita.
 Pernah ketika Dia rapat di ruangnya dengan teman-temannya, Dia tertidur. Mungkin dia kelelahan karena sehabis kuliah Dia harus rapat dengan teman-temannya karena mereka akan membahas tentang acara yang akan mereka adakan di bulan ini. Saat itu Aku tak sengaja melewati ruang mereka karena Aku ingin meminjam gitar temanku yang juga ada di dekat ruang itu dan melihat Dia sedang tidur. Tak banyak berpikir, Aku mendekati Dia dan teman-temannya. Ketika itu ada temannya yang juga Aku kenal yang sedang bermain gitar ya meski Aku tak terlalu suka dengan lagu-lagu yang selalu Dia nyanyikan. Aku meminta Dia untuk memainkan sebuah lagu romantic buatku dan Aku secara spontan membacakan sebuah puisi yang tertulis di dalam otakku. Intinya Aku berpuisi mengenai kekagumanku terhadapnya. Meski aku tak begitu pandai berpuisi, hanya bermodalkan tekad yang kuat, Aku memberanikan diri untuk melakukannya. Meski Dia tidur, Aku membayangkan Dia dalam keadaan terbangun dan mendengarkan semua kata-kata yang aku samppaikan ke Dia.
Selepas berpuisi Aku berkata padanya “kamu begitu cantik, jangan pernah kamu tutupi wajahmu yang cantik itu dengan air mata kesedihan. Tetaplah menjadi wanita yang tegar karena ketegaranmu yang membuat kamu begitu mempesona di mataku”.
 Setelah itu, Aku pergi keluar sebentar untuk mencari makan karena perut belum terisi seharian. Tak begitu lama sih aku keluar untuk mencari makan, tapi setelah Aku kembali dari mencari makan, dan langsung pergi ke ruangnya ternyata Dia sudah pulang. Meskipun di dalam hati kecawa karena Dia sudah pergi tapi Aku puas karena Aku sudah bisa memberanikan diri untuk meluapkan isi hati yang sudah menumpuk. Meskipun Aku melakukannya dalam keadaan dia sedang tidur, Aku tak begitu menghiraukannya karena Aku sendiri tak mungkin bisa melakukan semua itu ketika Dia bangun. Takutnya, kata-kataku malah dibuat sepele oleh Dia karena kata-kataku tak begitu menarik dan begitu puitis seperti seorang pujangga yang pandai merangkai kata-katanya dalam bentuk puisi yang indah. Oh iya, alasanku membaca puisi kepadanya karena Dia adalah seorang yang pandai dalam berpuisi. Dia juga banyak menulis puisi dan juga begitu tertarik mengenai hal-hal yang berbau puisi. Menurutnya dari yang Aku dengar, Dia sudah menulis puisi semenjak SMA. Meski yang Aku tahu, masa SMA adalah masa-masa alay jadi mungkin puisinya saat itu sangat-sangat alay dan membuat orang yang membacanya akan tertawa atau bahkan muntah. Tapi, kalau puisinya yang sekarang, Aku yakin sangat bagus karena Aku pernah mendengar Dia berpuisi. Begitu menyentuh dan bahkan membuat hati kita merasa tenang, mungkin karena Aku sedang jatuh cinta kepadanya yang menjadikan apa-apa yang dilakukannya begitu mempesona buatku. Aduh, sengguh mengesalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar