Lelaki Pengagum
Langit Dan Pohon Mimpi
Aku
adalah seorang anak dari sepasang kekasih yang ada di dalam diorama asmara
yang tak sengaja bertemu di hutan belantara.
Sedikit
kisah tentang mereka. Ayahku adalah seorang laki-laki yang dulu bertubuh kekar karena
dia bekerja sebagai kuli panggul batu di puncak gunung berapi yang sedang lelap
dalam tidurnya. Kini dia hanyalah seorang lelaki tua yang kurus kerontang
karena penyakit yang telah menjangkitnya sejak sepuluh tahun terakhir ini.
Sedangkan ibuku dulu adalah kembang desa, wajahnya cantik bahkan sampai
sekarang. Banyak saudagar-saudagar kaya yang ingin meminangnya, tapi semua di
tolak.
Aku
tak tahu apa yang menjadikan ibuku dulu begitu sombong pada lelaki yang mau
meminangnya. Pikirku dia mungkin pilih-pilih lelaki yang cocok untuknya, karena dia
cantik dan dia harus punya pasangan yang tampan untuknya. Tapi yang aku
lihat, ayahku bukan termasuk laki-laki yang tampan apalagi kaya raya. Orang
bilang wajahku mirip ayahku, jadi aku yakin bahwa ayahku bukanlah lelaki yang
tampan dan begitu menarik apalagi bisa mencuri hati seorang wanita cantik seperti ibuku. Tak tahulah,
memang benar kata tuhan. Hanya takdir yang akan bisa menentukan sebuah nasib
manusia.
Mereka
bertemu ketika ibuku mendaki gunung untuk menghibur diri. Ibuku terpeleset dan
jatuh di sebuah jurang yang tak begitu curam tapi begitu menakutkan dan menyakitkan untuk
seorang wanita seperti dia. Ayahku menolong ibuku dan membawanya ke puskesmas
dekat rumahku. Berbekal uang 10 ribu hasil upah mengumpulkan batu Andesit di
rumah pengepul kala itu. Kalau sekarang uang itu hanya cukup untuk beli
sebungkus nasi di sebuah warteg. Ayahku menunggu ibuku yang kala itu belum
sadarkan diri. Bukan karena ayahku tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk
bertemu dengan wanita yang menjadi pujaan para saudagar kaya itu, tapi ayahku
tidak tahu mau menghubungi siapa waktu itu dan tak mungkin dia meninggalkan
wanita cantik itu sendiri dan membayar semua biaya perawatannya sendiri. Ayahku
berpikir, ibuku tak mungkin menyiapkan uang untuk perawatan karena ibuku ke
gunung bukan berniat untuk jatuh ke jurang dan membayar pengobatannya.
Begitulah awal mereka bertemu dan jalinan kasih yang seperti sinetron itu melibatkan
kedua orang tuaku sendiri sedikit demi sedikit tumbuh subur. Akhirnya mereka menikah dan lahirlah aku. Bagiku, itu seperti cerita sepele dan tak mungkin
akan bisa menumbuhkan beneih-benih cinta, apalagi ibuku sudah menolak banyak
lelaki-lelaki yang telah meminangnya dan sekarang jatuh hati pada seorang
lelaki yang tak begitu tampan dan juga punya banyak harta. Yah begitulah
namanya takdir. Semua akan terasa mudah kalau memang berjodoh.
Itulah
kenapa Aku senang sekali pergi ke atas gunung dan merebahkan badanku di atas
rumput sambil melihat awan-awan yang menari-nari di atas angin. Aku sering
datang di tempat ini, di atas rumput yang hijau di bawah pohon yang tegak
berdiri sendiri ini. Aku selalu terlelap selapas melihat awan-awan itu.
Pernah sekali, aku tertidur di bawah pohon ini sampai langit mulai gelap. Dan
tak ada siapa-siapa di sana selain aku, kumpulan rumput-rumput kecil, sebatang
pohon dan bulan yang di temani bintang-bintang yang bertebaran di langit gelap.
Terasa nyaman melihat lukisan tuhan di langit malam itu dan begitu mengerikan
buatku karena aku harus pulang saat itu juga dari hutan yang gelap. Hanya sinar
dari bulan dan bintang sebagai penerangku malam itu. Aku tak akan melakukannya
lagi sejak saat itu, meskipun aku juga tak melupakan keajaiban malam itu. Untuk tidak terlelap sampai malam.
Ada
alasan lain kenapa aku suka memandangi langit dan terlelap di atas gunung itu.
Wanita dalam mimpiku itu salah satu alasan utamaku, sebenarnya. Wanita yang
selalu datang padaku ketika aku terlelap dalam tidurku. Dia sering menemaniku.
Dia bercerita banyak hal padaku, tentang apa yang dia suka dan tidak dia sukai.
Begitupun denganku. Dia wanita yang sangat cantik, bahkan lebih cantik
ketimbang ibuku. Senyumnya yang selalu membuat hatiku tertawan dan seakan
mataku membeku sehingga sulit untuk memalingkannya.
Namanya
Angel. Dilihat dari wajah dan tubuhnya, dia wanita yang
berumur sekitar 3 tahun lebih tua dariku, tapi aku tak mempedulikannya. Lagian
dia hanyalah wanita dalam mimpi dan aku mengaguminya. Aku tak tahu dari mana asalnya dan aku tak mau mengetahuinya. Yang aku tahu, aku sangat mencintainya.
"Kamu selalu ceria ketika aku datang, apa kamu menyukaiku?" Tanya Angel secara
langsung yang membuat tubuhku mati rasa seketika ketika dia muncul dari balik pohon ini.Bukan karena kehadirannya yang secara tiba-tiba, tapi kata yang dia ucap.
"Emm..
begitulah.." jawabku terbata-bata dengan senyum bercampur dengan keringat
yang tiba-tiba bercucuran di keningku karena aku tak mempersiapkan jawaban
untuk pertanyaannya.
"Emmm, kamu suka aku ya?" Katanya menggodaku dengan senyumannya yang selalu terlihat menawan seakan-akan menepuk-nepuk hatiku.
"Aduh
jangan gitu dong, aku hanya senang kamu datang. Eh aku tadi lihat awan yang begitu bagus, seperti sepasang burung yang sedang terbang" aku mengalihkan
pembicaraan agar aku tak terlarut dalam kata-katanya yang sangat sensitif itu.
Bagiku.
"Oh
iya? Sama kaya kita ya, sepasang kekasih yang bertemu dalam mimpi".
Godaannya semakin parah dan aku tak bisa berkutik saat itu juga.
"Kekasih?"
Tanyaku dengan sedikit meyakinkan bahwa aku tidah salah mendengarkan.
"Iya,
kekasih. Kenapa? Kamu tak suka aku bilang seperti itu?" Tanyanya yang aku
pikir dia serius dengan perkataannya.
"Bukan
begitu, tapi aku... emm". Aku benar-benar mati kutu dan tak bisa berkata
apa-apa padanya.
"Yaudah
deh, teman. Duh ngeselin deh kamu", katanya dengan sedikit jengkel terlihat
dari raut wajahnya. Setelah itu, dia memalingkan wajahnya ke atas langit.
"Eh
lihat deh, awan itu kaya kepala monyet ya. Seperti kamu, lucu", tangannya
menunjuk ke langit dengan senyumnya yang tak pernah berhenti di wajahnya.
"Iya".
Jujur saja, aku tak melihat awan yang dia tunjukkannya padaku. Yang aku lihat
hanyalah senyuman itu.
"Angel,
aku benar-benar mencintaimu. Aku senang ketika kamu mengatakan bahwa kita
adalah sepasang kekasih. Itu adalah kata-kata yang sangat aku inginkan keluar
dari mulutmu. Tapi Angel, meskipun kita saling cinta. Kamu hanyalah ilusi dalam
mimpiku yang selalu keluar dari pohon ini, aku tak mungkin memilikimu. Itu
mustahil. Sungguh menyakitkan, kalau aku mencintai sebuah khayalan. Aku benci
sebuah kenyataan. Aku ingin menjadi sebuah ilusi sepertimu, agar aku bisa
memilikimu."
"Pohon,
jangan kamu hilang. Aku yakin kamu adalah pelaku dari kehadiran sosok Angel
dalam hidupku. Jika kamu mati, aku tahu Angel juga akan pergi".
By.
Saimo Am-Mattobi'i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar